sukisni
21Sep2021
Wayang punakawan merupakan kisah empat tokoh pewayangan termasyhur di tlatah Jawa, diyakini merupakan kreasi Sunan Kalijaga.
Punakawan asal kata pana berarti paham dan kawan yang berarti teman.
Bisa diartikan juga sebagai kawan yang menyaksikan atau pengiring (abdi).
Naala qoriin diucapkan dalam lisan orang Jawa menjadi Nala Gareng.
Karakter Gareng memiliki hidung bulat, tubuh pendek, lengan kurus, berkuncir, kaki pincang, dan tangan ceko.
Petruk berasal dari kata Fatruk, artinya tinggalkanlah.
Kata fatruk diambil dari kalimat Fatruk Kullu Maa Siwallahi artinya tinggalkan segala yang dilarang Allah SWT.
Karakter Petruk memiliki hidung panjang dan berkulit hitam.
Bagong berasal dari kata Bagha, artiya lacut atau berontak.
Maksudnya berontak yaitu melawan terhadap sesuatu yang zalim.
Karakter Bagong digambarkan botak, bibir dower, dan perut buncit.
Banyak sumber menyebutkan lakon pewayangan punakawan merupakan kreasi Sunan Kalijaga sebagai media dakwah.
Seorang penyebar Islam di tanah Jawa yang dikenal dengan nama Wali Sanga.
Sunan Kalijaga bernama asli Raden Said.
Dia putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur.
Nama lain Sunan Kalijaga antar lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.
Ia hidup pada masa kekuasaan Majapahit (akhir) dan Kesultanan Demak.
Empat lakon punakawan oleh Sunan Kalijaga digunakan sebagai media menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Salah satu cerita pewayangan yang paling terkenal mengenai Jamus Kalimasada.
Sebuah pustaka Kalimasada yang memiliki asal kata Kalimat Syahadat.
Membaca Bilangan Ratusan
Bilangan ratusan adalah nilai angka yang berkelipatan 100. Misalnya, jika ada angka 352, maka:
– Angka 3 adalah ratusan, yaitu 300
– Angka 5 adalah puluhan, yaitu 50
– Angka 2 adalah satuan
Untuk membaca bilangan ratusan, kita bisa mengingat contoh di atas ini, teman-teman, yaitu jika ada bilangan yang terdiri dari tiga angka, maka angka pertama bernilai ratusan, angka kedua bernilai puluhan, dan angka ketiga bernilai satuan.
Yuk, coba baca bilangan ratusan berikut:
– 138 dibaca seratus tiga puluh delapan
– 276 dibaca dua ratus tujuh puluh enam
351 dibaca tiga ratus lima puluh satu
– 462 dibaca empat ratus enam puluh dua
– 512 dibaca lima ratus dua belas
Coba contoh lain, yuk!
1. Tuliskan lambang bilangan dari empat ratus lima puluh dua
Jawabannya adalah 452.
2. Tuliskan nama bilangan dari 321
Jawabannya adalah tiga ratus dua puluh satu.
Membandingkan Bilangan Ratusan
Beberapa waktu lalu, kita belajar tentang membandingkan bilangan.
Jika satu bilangan lebih besar nilainya dari bilangan lainnya, maka kita bisa menggunakan tanda “>” atau “lebih besar dari”.
Jika satu bilangan lebih kecil nilainya dari bilangan lainnya, maka kita bisa menggunakan tanda “<” atau “lebih kecil dari”.
Jika dua bilangan nilainya sama, maka kita bisa menggunakan tanda “=” atau “sama dengan”.
Untuk membandingkan bilangan ratusan, maka kita bisa melihat bilangan ratusannya lebih dulu, atau angka yang ada di paling depan.
Kemudian, kita lihat puluhannya atau angka kedua.
Yang terakhir, kita lihat satuannya atau angka terakhir.
Mengurutkan Bilangan Ratusan
Nah, kalau mengurutkan bilangan ratusan, kita juga harus melihat dari angka ratusan, puluhan, dan satuannya.
Namun, perhatikan pertanyaannya, ya. Jika kita diminta mengurutkan dari kecil ke besar atau sedikit ke banyak, maka bilangan diurutkan dari yang nilainya paling kecil ke bilangan yang nilainya paling besar.
Lihat contoh di bawah ini, ya!
1. Urutkan bilangan berikut dari yang terkecil ke terbesar
122, 102, 120
Jawabannya, urutan bilangan dari yang terkecil ke terbesar adalah 102, 120, 122
2. Urutkan bilangan berikut dari yang terbesar ke terkecil
234, 228, 245
Jawabannya, urutan bilangan dari yang terbesar ke terkecil adalah 245, 234, 228
sumber :https://bobo.grid.id/read/082379287/membaca-menulis-mengurutkan-bilangan-ratusan-materi-belajar-dari-rumah-matematika-sd-kelas-1-3?page=all
Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa.
Pertempuran antara Pandawa Lima dengan Kurawa yang masih mempunyai hubungan saudara, karena Pandawa Lima memperjuangkan hak tahtanya atas Kerajaan Hastinapura yang di kuasai oleh para Kurawa ( Prabu Suyudhana dengan saudara-saudaranya yang berjumlah seratus ).
Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.
Yudistira dengan nama kecilnya Puntadewa, Bima dengan nama kecilnya Sena, dan Arjuna dengan nama kecilnya Permadi dilahirkan dari ibu Dewi Kunti sedang Nakula dengan nama kecilnya Punten dan Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen dilahirkan dari ibu Dewi Madrim.
Pandu Dewanata adalah Raja Hastinapura, tetapi mati muda dan anak-anaknya masih kecil-kecil sehingga belum memungkinkan untuk memegang kendali pemerintahan, untuk mengisi ke kosongan pemerintahan Hastinapura, maka diangkatlah Destaratra yang buta, kakak Pandu Dewanata untuk menduduki jabatan sementara tahta Hastina, kelak jika putra-putra Pandu telah dewasa, Hastinapura akan diserahkan pada Pandawa Lima, putra Pandu yang mempunyai hak atas tahta Hastina secara syah.
Rencana penyerahan tahta Hastinapura ke para Pandawa Lima Putra Pandu secara damai kelaknya hanya tinggal rencana saja, karena ren-cana tersebut terhalang oleh Dewi Gendari Istri Destarastra yang sangat ambisius, apa lagi ambi si Dewi Gendari didukung oleh adiknya Harya Su man alias Sengkuni, menjadi patih Hastinapura, mempunyai watak iri, dengki dan syirik yang menghalakan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Destarastra disamping buta, pendiriannya juga kurang kuat, mudah berubah, mudah dihasut dan mudah dibujuk oleh anak-anaknya yang berjumlah seratus, dikenal dengan Kurawa atau Sata Kurawa yang hampir seluruh anaknya berwatak pendusta, iri, dengki, tamak, syirik dlsb.
Patih Harya Suman alias Sengkuni sangat besar sekali pengaruhnya pada para Kurawa dalam membentuk anganggapan bahwa Pandawa Lima merupakan musuh dan saingan terberatnya, karena itu harus disingkirkan dengan cara apapun juga, agar Hastinapura tidak jatuh ketangan Pandawa Lima Putra Pandu, sebagai pewaris syah atas tahta Hastinapura.
Meskipun Pandawa Lima dan Kurawa berguru pada guru yang sama yakni Resi Durna ( Druna ) dan Resi Krepa, tetapi permusuhan diantara mereka tidak dapat dipadamkan untuk menjadi rukun, bahkan semakin menjadi-jadi.
Pandawa Lima selalu lebih unggul dlm ke-trampilan ulah senjata dan ulah krida dari pada para Kurawa. Puntadewa selalu lebih unggul dibi dang sastra dan ketatanegaraan, Bima unggul dibidang memainkan senjata gada, Harjuna unggul dibidang memanah dan ulah pedang sedang kan Nakula dan Sadewa tidak ikut berguru kare-na masih terlalu kecil.
Bima bersosok tubuh besar, konon sangat jahil suka mengganggu Kurawa dengan tiada sebab Kurawa sering ditampar dan ditempeleng oleh Bima terutama Suyudhana/Duryudhana dan Dursasana ( adik Suyudhana ), akhirnya menimbulkan perkelahian tetapi selalu dimenangkan oleh Bima meskipun Bima dikeroyok mereka berdua, karena itu Bima selalu menjadi sasaran pelampiasan dari kekesalan mereka